Diberdayakan oleh Blogger.
RSS
Container Icon

Orpheus dan Eurydice (1)




Dalam mitologi Yunani hiduplah Orpheus seorang penyanyi dan pemusik handal di Kota Zoni, Thrakia, Yunani Utara. Konon jika dia mulai bernyanyi pohon-pohon akan menumbangkan diri untuk mendengarkannya, hewan-hewan buas akan mengelilinya, burung-burung akan hinggap sejenak, bahkan bintang-bintang bersicepat dari angkasa untuk mendengarkan.

Orpheus memiliki bakat menyanyi yang diturunkan dari ibunya, Mousai Kalliope yang menikah dengan seorang raja Thrakia yaitu Oiagros. Oiagros ini merupakan putra dari pasangan Apollo (Dewa Terang) dan Calliope (Dewi Musik dan Puisi). Dewa Apollo sendiri yang mengajarkan musik kepada Orpheus dan menghadiakannya sebuah lyra.

Dengan lyra pemberian Apollo itulah, Orpheus mengembara  dari satu kota ke kota lainnya untuk bernyanyi tentang kisah cinta dan tindakan terpuji para pahlawan.
EURYDICE
Suatu hari, ketika sedang berjalan-jalan dalam hutan, Orpheus berjumpa dengan Eurydice, seorang peri hutan yang jelita. Mereka berdua saling terpesona dan jatuh cinta. Hati Orpheus tertawan oleh sinar mata Eurydice yang lembut dan gerai rambut hitamnya yang lincah berayun, sedangkan Eurydice terpesona oleh sosok Orpheus yang gagah.


Mereka kemudian mengikrarkan diri untuk menjadi pasangan yang abadi. Sungguh pasangan yang serasi. Sebab selain kejelitaan Eurydice sebanding dengan ketampanan Orpheus, hanya Eurydicelah yang mampu menari dengan indahnya diiringi permainan musik Orpheus. Berduamereka hidup dalam kebahagiaan yang berakar pada cinta sejati yang telah dianugerahkan dan mereka pelihara bersama.

Suatu hari yang indah dan cerah, kedua sejoli ini berjalan-jalan di Lembah Tempe. Pemandangan di lembah itu sangat memanjakan mata, di satu sisi tampak puncak Olympos yang menjulang tinggi dan di sisi lain terlihat puncak gunung Ossa yang menakjubkan. Di tengah-tengah kedua gunung itu mengalir sungai Peneus yang bergemericik tenang, yang suasana tepiannya teduh karena dinaungi pohon-pohon sycamore tua.
Orpheus duduk bersandar di salah satu batang pohon memainkan lyranya sementara Eurydike bernyanyi dan menari tanpa mempedulikan dunia. Di atas mereka, burung-burung berkicau riang dan binatang-binatang kecil berlompatan di sekeliling kaki mereka seolah-olah turut merasakan kebahagiaan pasangan muda itu. Alam dan seisinya seperti anugrah yang diberikan khusus para dewa untuk Orpheus dan Eurydike.
Tetapi ketiga dewi Takdir yang kejam dan tegas telah memutuskan kebahagiaan itu harus berakhir saat itu juga. Saat Kloto, yang menenun benang kehidupan, telah memutus benang Eurydike, Lakesis kemudian memilih akhir hidup tragis Eurydike yang dipatuk ular berbisa sementara Atropos yang keras menuliskan akhir hidup wanita malang itu dengan tinta yang tidak akan pernah bisa dihapus.
Demikianlah, Eurydike yang sedang melompat-lompat dan menari dengan riang di sekeliling Orpheus tidak menyadari langkahnya mendekati sebuah sarang ular. Dan tiba-tiba seekor ular berbisa menjulur ke luar dari sarang dan menancapkan taringnya di kaki Eurydike…
Jeritan Eurydike sungguh menyayat hati. Kekasihnya  segera bergegas berlari ke arahnya, tetapi Eurydike sudah tak tertolong lagi. Kematian dengan cepat menjemputnya, bahkan sebelum tangan Orpheus yang penuh cinta meraihnya. Racun ular itu membunuh Eurydike dalam hitungan sekian detik saja.
Roh Eurydike terbang ke Dunia Bawah dengan tangisan pilu meninggalkan kekasihnya, Orpheus, yang tidak sanggup menanggung derita akibat kematian istrinya itu. Sedemikian sedihnya Orpheus sehingga setiap ia menyentuh dawai lyranya, hanya menimbulkan suara lengkingan parau, curahan seluruh penderitaan dan kesedihan hatinya yang mendalam. Ia tidak bisa lagi memainkan nada-nada yang indah tentang cinta dan keindahan dunia.

Sembilan hari sembilan malam tidak ada yang sanggup menghentikan kesedihan Orpheus. Dan pada hari kesepuluh sebuah gagasan gila yang tidak pernah dipikirkan manusia sebelumnya muncul di benaknya: Ia akan turun ke Dunia Bawah atau kerajaan orang-orang mati (Hades) untuk membawa kembali Eurydice ke dunia!
Dengan hanya bersenjatakan sebuah lyra ia memulai perjalanan yang tidak pernah dilakukan manusia biasa selain Herakles…

Sumber : http://achilles79.multiply.com

Next Story : Orpheus dan Eurydica (2)








  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar