Dalam mitologi Yunani hiduplah Orpheus seorang penyanyi dan
pemusik handal di Kota Zoni, Thrakia, Yunani Utara. Konon jika dia mulai
bernyanyi pohon-pohon akan menumbangkan diri untuk mendengarkannya, hewan-hewan
buas akan mengelilinya, burung-burung akan hinggap sejenak, bahkan bintang-bintang
bersicepat dari angkasa untuk mendengarkan.
Orpheus memiliki bakat menyanyi yang diturunkan dari ibunya, Mousai Kalliope yang menikah dengan
seorang raja Thrakia yaitu Oiagros.
Oiagros ini merupakan putra dari pasangan Apollo
(Dewa Terang) dan Calliope (Dewi
Musik dan Puisi). Dewa Apollo sendiri yang mengajarkan musik kepada Orpheus dan
menghadiakannya sebuah lyra.
Dengan lyra pemberian Apollo itulah,
Orpheus mengembara dari satu kota ke kota lainnya untuk bernyanyi tentang
kisah cinta dan tindakan terpuji para pahlawan.
EURYDICE |
Suatu
hari, ketika sedang berjalan-jalan dalam hutan, Orpheus berjumpa dengan
Eurydice, seorang peri hutan yang jelita. Mereka berdua saling
terpesona dan jatuh cinta. Hati Orpheus tertawan oleh sinar mata Eurydice yang
lembut dan gerai rambut hitamnya yang lincah berayun, sedangkan Eurydice
terpesona oleh sosok Orpheus yang gagah.
Mereka kemudian
mengikrarkan diri untuk menjadi pasangan yang abadi. Sungguh pasangan
yang serasi. Sebab selain kejelitaan Eurydice sebanding dengan ketampanan
Orpheus, hanya Eurydicelah yang mampu menari dengan indahnya diiringi permainan
musik Orpheus. Berduamereka hidup dalam kebahagiaan yang berakar pada
cinta sejati yang telah dianugerahkan dan mereka pelihara bersama.
Suatu
hari yang indah dan cerah, kedua sejoli ini berjalan-jalan di Lembah Tempe.
Pemandangan di lembah itu sangat memanjakan mata, di satu sisi tampak puncak
Olympos yang menjulang tinggi dan di sisi lain terlihat puncak gunung Ossa yang
menakjubkan. Di tengah-tengah kedua gunung itu mengalir sungai Peneus yang
bergemericik tenang, yang suasana tepiannya teduh karena dinaungi pohon-pohon sycamore
tua.
Orpheus
duduk bersandar di salah satu batang pohon memainkan lyranya sementara Eurydike
bernyanyi dan menari tanpa mempedulikan dunia. Di atas mereka, burung-burung
berkicau riang dan binatang-binatang kecil berlompatan di sekeliling kaki
mereka seolah-olah turut merasakan kebahagiaan pasangan muda itu. Alam dan
seisinya seperti anugrah yang diberikan khusus para dewa untuk Orpheus dan
Eurydike.
Tetapi
ketiga dewi Takdir yang kejam dan tegas telah memutuskan kebahagiaan itu harus
berakhir saat itu juga. Saat Kloto, yang menenun benang kehidupan, telah
memutus benang Eurydike, Lakesis kemudian memilih akhir hidup tragis
Eurydike yang dipatuk ular berbisa sementara Atropos yang keras
menuliskan akhir hidup wanita malang itu dengan tinta yang tidak akan pernah
bisa dihapus.
Demikianlah,
Eurydike yang sedang melompat-lompat dan menari dengan riang di sekeliling
Orpheus tidak menyadari langkahnya mendekati sebuah sarang ular. Dan tiba-tiba
seekor ular berbisa menjulur ke luar dari sarang dan menancapkan taringnya di
kaki Eurydike…
Jeritan
Eurydike sungguh menyayat hati. Kekasihnya segera bergegas berlari ke
arahnya, tetapi Eurydike sudah tak tertolong lagi. Kematian dengan cepat
menjemputnya, bahkan sebelum tangan Orpheus yang penuh cinta meraihnya. Racun
ular itu membunuh Eurydike dalam hitungan sekian detik saja.
Roh
Eurydike terbang ke Dunia Bawah dengan tangisan pilu meninggalkan
kekasihnya, Orpheus, yang tidak sanggup menanggung derita akibat kematian
istrinya itu. Sedemikian sedihnya Orpheus sehingga setiap ia menyentuh dawai
lyranya, hanya menimbulkan suara lengkingan parau, curahan seluruh penderitaan
dan kesedihan hatinya yang mendalam. Ia tidak bisa lagi memainkan nada-nada
yang indah tentang cinta dan keindahan dunia.
Sembilan
hari sembilan malam tidak ada yang sanggup menghentikan kesedihan
Orpheus. Dan pada hari kesepuluh sebuah gagasan gila yang tidak pernah
dipikirkan manusia sebelumnya muncul di benaknya: Ia akan turun ke Dunia Bawah atau kerajaan
orang-orang mati (Hades) untuk membawa kembali Eurydice ke dunia!
Dengan
hanya bersenjatakan sebuah lyra ia memulai perjalanan yang tidak pernah
dilakukan manusia biasa selain Herakles…
Sumber : http://achilles79.multiply.com
Next Story : Orpheus dan Eurydica (2)
Sumber : http://achilles79.multiply.com
Next Story : Orpheus dan Eurydica (2)
0 komentar:
Posting Komentar