Diberdayakan oleh Blogger.
RSS
Container Icon

Orpheus dan Eurydice (2)


Orpheus bertanya jalan menuju Hades kepada orang-orang  yang ditemuinya di perjalanan, tetapi tidak ada seorangpun yang masih hidup tahu bagaimana menuju kerajaan orang mati tersebut. Mereka justru menasihati Orpheus untuk tidak melanjutkan perjalanannnya karena hanya sia-sia belaka dengan satu alasan: orang yang sudah mati tidak akan bisa hidup kembali.
Tetapi Orpheus tetap bersikeras dan akhirnya mendapatkan titik terang. Konon, di lereng gunung Taigetos di Peloponessos, ada sebuah lorong menuju gua yang pernah dimasuki oleh Herakles untuk membawa Kerberos, anjing penjaga pintu gerbang Hades ke muka Bumi. Ke sanalah Orpheus melangkahkan kakinya pergi.
Saat ia berjalan menuruni lereng gunung menuju gua itu suasana sunyi dan mencekam begitu terasa. Tampaknya tak ada satupun manusia yang pernah melewati jalan itu, tetapi cintanya terhadap Eurydike membuatnya berani dan berketetapan hati untuk terus menyusuri jalan menurun tersebut.
Hingga akhirnya ia tiba di sebuah lubang hitam menganga yang sangat pekat tanpa ada cahaya sedikitpun di dalamnya. Orang lain pasti akan mundur dan lari begitu melihat pintu menuju Hades yang begitu menakutkan itu, tetapi Orpheus terus melangkahkan kakinya dengan mantap, menuju ke kegelapan yang paling dalam.
Baru beberapa langkah kakinya berjalan, tiba-tiba tangannya ada yang mencengkeram. Seketika seberkas cahaya kedewaan bersinar di sekelilingnya. Orpheus memalingkan kepalanya dan ia melihat seorang pria tampan dengan topi bersayap memegang tongkat pendek yang dilingkari dua ekor ular. Di kedua tumit kakinya tumbuh sepasang sayap kecil. Orpheus mengenalinya, dia adalah Hermes, putra Zeus perkasa, yang mengantar orang mati turun ke Hades.
Pada awalnya, Hermes mencegah Orpheus melangkah lebih jauh, tetapi setelah melihat kebulatan tekad pemuda itu, putra Zeus itu kagum dan bersedia mengantarkan Orpheus untuk menghadap Hades, raja dunia bawah tanah.
Mereka berdua kemudian berjalan berjam-jam dalam kegelapan hingga terdengar suara gemericik air di bebatuan. Orpheus menyadari mereka mendekati tebing dan suara gemericik itu datang dari Sungai Styx, sungai suci yang mengalir di bawah tanah.
Dari dalam kegelapan, sesosok bayangan dan perahu datang menghampiri Orpheus dan Hermes. Dialah Kharon, tukang perahu yang bertugas menyeberangkan roh-roh orang mati sampai ke Hades. Begitu melihat calon penumpangnya seorang manusia yang masih hidup, Kharon kaget bukan main dan tidak bersedia menyeberangkan Orpheus dan Hermes. 
Dengan tenang Orpheus memetik lyranya dan melodi indah yang keluar dari jari-jarinya bergema di ruangan Hades yang gelap mencekam itu. Kharon sangat menikmati musik indah yang belum pernah didengarnya. Ia seolah-olah tersihir oleh lantunan dawai lyra Orpheus dan bersedia menyeberangkan Orpheus ke pintu gerbang Hades.
Pintu gerbang Hades adalah gerbang menuju istana kediaman Hades, yang dijaga oleh Kerberos anjing menyeramkan berkepala tiga. Saat melihat Orpheus dan Hermes tiga kepalanya menggeram-geram dan kepala naga di ekornya mendesis-desis. Pintu gerbang Hades selalu terbuka dan Kerberos akan membiarkan setiap orang masuk ke dalamnya. Tugas Kerberos hanyalah satu: memangsa siapapun yang keluar dari pintu gerbang Hades. Tanpa kesulitan Orpheus masuk ke dalam gerbang dengan diiringi oleh Hermes.
Tidak lama kemudian, Orpheus sampai di balairung istana Hades yang mencekam. Di singgasana duduk dewa yang menjadi raja orang-orang mati, Hades. Di sampingnya duduk istrinya, Persephone yang jelita, sementara di sebelah kirinya duduk tiga hakim Hades: Minos, Rhadamanthys dan Aiakos, yang bertugas menjatuhkan hukuman bagi orang-orang mati atas kejahatan yang dilakukan selama mereka hidup.
Semua yang ada di sana tampak terkejut mengetahui yang dibawa Hermes adalah orang yang masih hidup. Wajah Hades berubah gelap menahan amarah yang memuncak, namun sebelum ia melontarkan kemarahannya, irama lyra Orpheus memenuhi ruangan dan suara Orpheus memecah keheningan dalam rangkaian nada yang sangat indah.
Hati sang raja orang-orang mati pun tersentuh dan terpesona oleh nyanyian Orpheus. Sementara di sampingnya, mata Persephone mulai berkaca-kaca. Tiga hakim dunia bawah tanah pun mendengarkan dengan hening dan takzim. Minos, raja agung Kreta menahan air matanya agar tidak jatuh, Aiakos, raja Aigina, menangis  tersedu-sedu, sedangkan Rhadamanthys, raja Beoetia mendengarkan dengan perasaan yang sulit diungkapkan.
Orpheus bernyanyi tentang kebahagiaan hidup di dunia fana, tentang keindahan dunia, tentang cinta… hadiah agung dari para dewa.  Lalu ia berkisah tentang cintanya kepada Eurydike, kekasihnya, dan akhirnya ia mencurahkan seluruh dukacita dan rasa kehilangannya yang mendalam. Emosinya bagai riak-riak air yang menggetarkan dinding-dinding Hades yang suram.
Orang-orang mati yang mendengar nyanyian Orpheus berhenti merintih. Tantalos yang dihukum harus menderita lapar dan haus selamanya sejenak melupakan penderitaannya. Sisyphos yang dihukum selamanya mendorong batu besar ke atas gunung sejenak menghentikan tugasnya. Para Danaida yang dihukum menuang air tanpa henti ke tempayan besar yang tidak berdasar menunda kerja sia-sia mereka untuk mendengarkan Orpheus dengan sepenuh hati.
Tiba-tiba dari kerumunan orang mati, bayangan seorang wanita muda menghambur ke depan. Dialah Eurydike yang mendengar nyanyian Orpheus dan menyambut kekasihnya dengan suka cita. Roh Eurydike langsung menjatuhkan diri ke pelukan Orpheus yang masih hidup.
Semua yang hadir di ruangan dan melihat kejadian itu terkesiap. Hukum agung dan suci dimana yang hidup tidak bisa berhubungan dengan yang mati telah dilanggar. Hermes yang menyadarinya segera memisahkan kedua kekasih itu agar Hades tidak menjadi tambah murka.
Tetapi Hades hanya menunduk dan membisu. Hening. Semua orang menunggu apa keputusannya. Setelah beberapa saat ia mengangkat kepalanya dan menengok ke arah Persephone. Tetapi Persephone hanya terisak kecil dan mata indahnya merebak oleh air mata. Baru kali ini hati Hades yang keras itu bisa melunak.
Sang raja orang-orang mati berpaling ke arah Orpheus dan ia mengabulkan permintaan Orpheus untuk mengembalikan Eurydike ke dunia, tetapi dengan satu syarat:
“Berjalanlah lebih dulu di depan, Eurydike akan mengikutimu. Tetapi jangan pernah memalingkan muka ke belakang sebelum kau mencapai ujung gua yang diterangi sinar matahari siang. Kalau kau lakukan itu, Eurydike akan langsung kembali ke kerajaanku saat itu juga.”
Syarat yang sepertinya mudah dilakukan dan Orpheus menyanggupinya. Ia sangat senang mengetahui sebentar lagi Eurydice akan berkumpul lagi bersamanya, menikmati keindahan dunia. Lalu, tetap dipandu oleh Hermes merekapun menempuh perjalanan pulang…



Sumber : http://achilles79.multiply.com



  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar