Orpheus
bertanya jalan menuju Hades kepada orang-orang yang ditemuinya di
perjalanan, tetapi tidak ada seorangpun yang masih hidup tahu bagaimana menuju
kerajaan orang mati tersebut. Mereka justru menasihati Orpheus untuk tidak
melanjutkan perjalanannnya karena hanya sia-sia belaka dengan satu alasan:
orang yang sudah mati tidak akan bisa hidup kembali.
Tetapi
Orpheus tetap bersikeras dan akhirnya mendapatkan titik terang. Konon, di
lereng gunung Taigetos di Peloponessos, ada sebuah lorong menuju gua yang
pernah dimasuki oleh Herakles untuk membawa Kerberos, anjing penjaga pintu
gerbang Hades ke muka Bumi. Ke sanalah Orpheus melangkahkan kakinya pergi.
Saat
ia berjalan menuruni lereng gunung menuju gua itu suasana sunyi dan mencekam
begitu terasa. Tampaknya tak ada satupun manusia yang pernah melewati jalan
itu, tetapi cintanya terhadap Eurydike membuatnya berani dan berketetapan hati
untuk terus menyusuri jalan menurun tersebut.
Hingga
akhirnya ia tiba di sebuah lubang hitam menganga yang sangat pekat tanpa ada
cahaya sedikitpun di dalamnya. Orang lain pasti akan mundur dan lari begitu
melihat pintu menuju Hades yang begitu menakutkan itu, tetapi Orpheus terus
melangkahkan kakinya dengan mantap, menuju ke kegelapan yang paling dalam.
Baru
beberapa langkah kakinya berjalan, tiba-tiba tangannya ada yang mencengkeram.
Seketika seberkas cahaya kedewaan bersinar di sekelilingnya. Orpheus
memalingkan kepalanya dan ia melihat seorang pria tampan dengan topi bersayap
memegang tongkat pendek yang dilingkari dua ekor ular. Di kedua tumit kakinya
tumbuh sepasang sayap kecil. Orpheus mengenalinya, dia adalah Hermes, putra
Zeus perkasa, yang mengantar orang mati turun ke Hades.
Pada
awalnya, Hermes mencegah Orpheus melangkah lebih jauh, tetapi setelah melihat
kebulatan tekad pemuda itu, putra Zeus itu kagum dan bersedia mengantarkan
Orpheus untuk menghadap Hades, raja dunia bawah tanah.
Mereka
berdua kemudian berjalan berjam-jam dalam kegelapan hingga terdengar suara
gemericik air di bebatuan. Orpheus menyadari mereka mendekati tebing dan suara
gemericik itu datang dari Sungai Styx, sungai suci yang mengalir di bawah
tanah.
Dari
dalam kegelapan, sesosok bayangan dan perahu datang menghampiri Orpheus dan
Hermes. Dialah Kharon, tukang perahu yang bertugas menyeberangkan roh-roh
orang mati sampai ke Hades. Begitu melihat calon penumpangnya seorang manusia
yang masih hidup, Kharon kaget bukan main dan tidak bersedia menyeberangkan
Orpheus dan Hermes.
Dengan
tenang Orpheus memetik lyranya dan melodi indah yang keluar dari jari-jarinya
bergema di ruangan Hades yang gelap mencekam itu. Kharon sangat menikmati musik
indah yang belum pernah didengarnya. Ia seolah-olah tersihir oleh lantunan
dawai lyra Orpheus dan bersedia menyeberangkan Orpheus ke pintu gerbang Hades.
Pintu
gerbang Hades adalah gerbang menuju istana kediaman Hades, yang dijaga oleh Kerberos
anjing menyeramkan berkepala tiga. Saat melihat Orpheus dan Hermes tiga
kepalanya menggeram-geram dan kepala naga di ekornya mendesis-desis. Pintu
gerbang Hades selalu terbuka dan Kerberos akan membiarkan setiap orang masuk ke
dalamnya. Tugas Kerberos hanyalah satu: memangsa siapapun yang keluar dari
pintu gerbang Hades. Tanpa kesulitan Orpheus masuk ke dalam gerbang dengan
diiringi oleh Hermes.
Tidak
lama kemudian, Orpheus sampai di balairung istana Hades yang mencekam. Di
singgasana duduk dewa yang menjadi raja orang-orang mati, Hades. Di sampingnya
duduk istrinya, Persephone yang jelita, sementara di sebelah kirinya duduk tiga
hakim Hades: Minos, Rhadamanthys dan Aiakos, yang bertugas
menjatuhkan hukuman bagi orang-orang mati atas kejahatan yang dilakukan selama
mereka hidup.
Semua
yang ada di sana tampak terkejut mengetahui yang dibawa Hermes adalah orang
yang masih hidup. Wajah Hades berubah gelap menahan amarah yang memuncak, namun
sebelum ia melontarkan kemarahannya, irama lyra Orpheus memenuhi ruangan dan
suara Orpheus memecah keheningan dalam rangkaian nada yang sangat indah.
Hati
sang raja orang-orang mati pun tersentuh dan terpesona oleh nyanyian Orpheus.
Sementara di sampingnya, mata Persephone mulai berkaca-kaca. Tiga hakim dunia
bawah tanah pun mendengarkan dengan hening dan takzim. Minos, raja agung Kreta
menahan air matanya agar tidak jatuh, Aiakos, raja Aigina, menangis tersedu-sedu,
sedangkan Rhadamanthys, raja Beoetia mendengarkan dengan perasaan yang sulit
diungkapkan.
Orpheus
bernyanyi tentang kebahagiaan hidup di dunia fana, tentang keindahan dunia,
tentang cinta… hadiah agung dari para dewa. Lalu ia berkisah tentang cintanya
kepada Eurydike, kekasihnya, dan akhirnya ia mencurahkan seluruh dukacita dan
rasa kehilangannya yang mendalam. Emosinya bagai riak-riak air yang
menggetarkan dinding-dinding Hades yang suram.
Orang-orang
mati yang mendengar nyanyian Orpheus berhenti merintih. Tantalos yang
dihukum harus menderita lapar dan haus selamanya sejenak melupakan
penderitaannya. Sisyphos yang dihukum selamanya mendorong batu besar ke
atas gunung sejenak menghentikan tugasnya. Para Danaida yang dihukum
menuang air tanpa henti ke tempayan besar yang tidak berdasar menunda kerja
sia-sia mereka untuk mendengarkan Orpheus dengan sepenuh hati.
Tiba-tiba
dari kerumunan orang mati, bayangan seorang wanita muda menghambur ke depan.
Dialah Eurydike yang mendengar nyanyian Orpheus dan menyambut kekasihnya dengan
suka cita. Roh Eurydike langsung menjatuhkan diri ke pelukan Orpheus yang masih
hidup.
Semua
yang hadir di ruangan dan melihat kejadian itu terkesiap. Hukum agung dan suci
dimana yang hidup tidak bisa berhubungan dengan yang mati telah dilanggar.
Hermes yang menyadarinya segera memisahkan kedua kekasih itu agar Hades tidak
menjadi tambah murka.
Tetapi
Hades hanya menunduk dan membisu. Hening. Semua orang menunggu apa
keputusannya. Setelah beberapa saat ia mengangkat kepalanya dan menengok ke
arah Persephone. Tetapi Persephone hanya terisak kecil dan mata indahnya
merebak oleh air mata. Baru kali ini hati Hades yang keras itu bisa melunak.
Sang
raja orang-orang mati berpaling ke arah Orpheus dan ia mengabulkan permintaan
Orpheus untuk mengembalikan Eurydike ke dunia, tetapi dengan satu syarat:
“Berjalanlah
lebih dulu di depan, Eurydike akan mengikutimu. Tetapi jangan pernah
memalingkan muka ke belakang sebelum kau mencapai ujung gua yang diterangi
sinar matahari siang. Kalau kau lakukan itu, Eurydike akan langsung kembali ke
kerajaanku saat itu juga.”
Syarat
yang sepertinya mudah dilakukan dan Orpheus menyanggupinya. Ia sangat senang
mengetahui sebentar lagi Eurydice akan berkumpul lagi bersamanya, menikmati
keindahan dunia. Lalu, tetap dipandu oleh Hermes merekapun menempuh perjalanan
pulang…
Sumber : http://achilles79.multiply.com
Sumber : http://achilles79.multiply.com
0 komentar:
Posting Komentar