Diberdayakan oleh Blogger.
RSS
Container Icon

Orpheus dan Eurydice (3)



Hermes berjalan di depan, diikuti oleh Orpheus dan Eurydice di belakang mereka berdua. Begitu keluar dari pintu gerbang Hades, Kerberos sudah menanti dengan menggeram-geram mengerikan, tetapi nyanyian Orpheus membuat monster penjaga gerbang Hades itu menundukkan ketiga kepalanya dan hanya diam terduduk membiarkan mereka bertiga lewat.
Setelah itu mereka menyeberangi sungai Styx sekali lagi dengan perahu Kharon dan memulai perjalanan mendaki lorong gua yang sangat melelahkan. Selama perjalanan mendaki yang sangat berat itu berbagai pertanyaan mulai mengusik pikiran Orpheus.
Apakah benar Eurydice mengikuti di belakangnya? Kenapa suara langkah-langkah kakinya tidak terdengar sama sekali? Ia hanya mendengar suara langkah kaki Hermes dan dirinya sendiri. Bagaimana kalau Kerberos tidak membiarkan Eurydice melewati gerbang Hades? Bagaimana kalau Kharon tidak mengizinkan Eurydice naik ke atas perahunya? Pikiran-pikiran itu terus menyiksanya dan kian menyelimuti hatinya dengan keragu-raguan dan rasa penasaran.
Mereka masih berada dalam kegelapan gua yang pekat, tetapi Orpheus bisa melihat bayangan Hermes yang berjalan di depannya. Ia tinggal menengok ke belakang untuk melihat Eurydike, cukup sedetik saja untuk menenangkan hatinya. Teringat pesan Hades, Orpheus masih bisa menahan diri walaupun hatinya hampir meledak oleh rasa khawatir yang menggila.
Setelah melangkah beberapa saat lamanya, akhirnya sebersit sinar matahari nampak di kejauhan. Tetapi semakin mereka melangkah menuju sinar yang semakin terang itu, kekhawatiran Orpheus semakin menjadi-jadi. Tinggal beberapa langkah lagi menuju pintu gua, rasa khawatir itu sampai pada puncaknya. Tinggal beberapa detik lagi Eurydice akan hidup kembali bersamanya. Iya kalau benar Eurydice mengikuti di belakangnya, tapi bagaimana kalau tidak?
Hanya selangkah dari mulut gua, untuk meyakinkan dirinya, Orpheus memalingkan kepalanya ke belakang. Cukuplah sedetik untuk menoleh ke belakang, pikirnya. Dan ia melihat Eurydice memang mengikutinya…
Oh para dewa, mengapa kalian begitu kejam dan keras terhadap manusia?
Begitu Orpheus menoleh, saat itu pulalah sosok Eurydice terbang seperti daun kering yang rontok tertiup angin di musim gugur, melayang kembali ke kerajaan orang-orang mati. "Selamat tinggal....." bisik Eurydice lirih sebelum suaranya ditelan keheningan gua. Syarat Hades yang keras telah dilanggar.
Sia-sia Orpheus berlari mengejar kekasih tercintanya. Sia-sia ia berusaha merentangkan tangan untuk meraih tubuh istrinya. Bayangan Eurydike telah lenyap ditelan kegelapan. Ia berlari sampai ke tepian sungai Styx dan berlutut memohon kepada Kharon agar bersedia menyeberangkannya sekali lagi, tetapi Kharon menutup telinganya rapat-rapat. 
Orpheus mondar-mandir di tepian sungai Styx selama tujuh hari tujuh malam, memohon, memohon dan meratap. Pada hari kedelapan, menyadari perbuatannya sia-sia belaka, ia berjalan kembali ke mulut gua dengan hati berat. Di mulut gua ia menemukan kembali lyranya yang terjatuh saat ia mencoba merangkul Eurydice. Lyra itu tergeletak hanya selangkah dari sinar terang matahari! Orpheus memungut alat musik kesayangannya itu dan kemudian kembali ke kampung halamannya. 
Hari berganti hari, bulan berganti bulan, bahkan bertahun-tahun setelah kejadian itu, tetapi bayangan Eurydice tidak mau pergi dari pikiran Orpheus. Ia sama sekali tidak ada keinginan untuk menikah lagi dengan wanita lain.
Suatu hari, festival untuk menghormati dewa anggur, Dionysos, akan diselenggarakan di Thrakia. Dalam festival yang dihadiri oleh banyak kaum wanita itu, mereka minum anggur sampai mabuk, menari dan bernyanyi menirukan para Mainada, peri-peri yang mengiringi Dionysos. Wanita-wanita Thrakia mengundang Orpheus untuk menghadiri festival tersebut, tetapi Orpheus terlalu sedih untuk bersenang-senang dalam jamuan pesta.
Para wanita itu merasa tersinggung oleh penolakan Orpheus dan pergi dengan marah. Setelah pesta usai, saat mereka pulang dalam keadaan mabuk, tanpa sengaja mereka bertemu kembali dengan Orpheus di jalan. Teringat oleh penolakan Orpheus sebelumnya, wanita-wanita ini menjadi menggila dan menyerang pemuda itu dengan liar. Mereka menyerang dengan batu, kayu, sabit dan di bawah pengaruh anggur yang sangat keras mereka terus menghajar penyanyi malang ini hingga tewas.
Orpheus menghembuskan nafas terakhirnya di tangan wanita-wanita mabuk ini, tetapi jiwanya meluncur dengan gembira menuju Hades, dimana ia bisa bertemu dan bersatu dengan Eurydice untuk selamanya. Tidak ada suara nyanyian dan musik yang terdengar di Hades, tidak ada kicauan burung yang bernyanyi riang di bawah sana, tetapi Orpheus dan Eurydice tetap berbahagia, karena cinta telah mempertemukan mereka kembali.
Di permukaan Bumi, dewi-dewi Muse (Mousai) yang menemukan jenazah Orpheus, menguburkannya di suatu tempat di lereng gunung Olympos. Konon di tempat itu hidup burung-burung yang bernyanyi lebih merdu daripada kicauan burung-burung manapun di dunia ini. Sedangkan lyra Orpheus yang hanyut terbawa ombak sampai pulau Lesbos ditemukan dan dipungut oleh Apollo. Untuk mengenang Orpheus, dewa musik ini menempatkannya tinggi-tinggi di langit dalam rangkaian bintang yang kemudian dikenal sebagai rasi bintang Lyra.

Sumber : http://achilles79.multiply.com 

Before :
Orpheus dan Eurydice (2)

Orpheus dan Eurydice (1)

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar